Jumat, 31 Mei 2013

58. Syukuran Kemandirian Jemaat Bethel Katang



Selayang Pandang Jemaat Bethel Kathang

KATANG, BANGKIT – Jemaat Bethel Katang berawal pada tahun 1923 ditempatkan seorang pendeta bernama Van Dalen di Alor yang menggantikan Binkhusun Kamesa (Karel Lakamal). Kedua pendeta tersebut sudah berkenalan di Kalabahi sebelumnya. Ketika didengar oleh Van Dalen bahwa di di daerah pedalaman masih banyak penganut agama suku maka Van Dalen mengajak Karel Lakamal untuk berkunjung ke kerajaan Batulolong untuk mengabarkan injil dan pelayanan sakramen. Alhasil pelayanan ini membuahkan hasil dengan membaptis sekitar 200 orang di kampung Pipui. Baptisan ini dilakukan di bawah rumah adapt atau gudang longwah. Dan dalam baptisan tersebut ikut dibaptis tiga orang yang kemudian mendirikan Pos Pekabaran Injil sebagai cikal bakal jemaat Bethel Katang yaitu Letmai yang diberi nama Karel, Samaruk yang diberi nama baptis baru Samuel dan Salubui yang juga merupakan paman dari Lakamal yang kemudian diberikan nama baru yaitu Salmun.
Tahun 1927, ketiga orag tersebut bersepakat untuk mendirikan sebuah Pos Pekabaran Injil (Pos PI) di Kampung Pipui. Dari Pipui, Pos PI tersebut kemudian ke kampong Woibila pada tahun 1930 dan kemudian tahun 1931 dipindahkan lagi ke Katang; Katang berarti “tempat yang sulit”.
Sejak berdirinya pos PI tersebut, jemaat Bethel Katang yang saat itu hanya terdiri dari beberapa Kepala Keluarga juga ternyata mendapat dukungan dari beberapa kampung terdekat yakni  Kampung Pipui, Takailubui,  Woibila, Atybai, Langkuta (Koita) dan Soigala; sebelum terbentuk menjadi satu jemaat, kelima kampung tersebut mengikuti kebaktian minggu di Kabailu Kelaisi ( sekarang Jemaat Bethania Kabaili).
Dalam kurun waktu 13 tahun (1933 – 1946) Jemaat Katang mengalami pertumbuhan secara kuantitaif karena metode pemberitaan injil oleh utusan injil Alm. Karel Lakamal yang lebih menekankan pada pendekatan “kultural – religius”. Karena perkembangan tersebut pada tanggal 3 Januari 1946 dua kampung lain yakni Langkuta (Koita) dan Soigala secara resmi memisahkan diri dari Jemaat Katang dan berdiri sendiri sebagai satu jemaat cabang dengan nama “Jemaat Langkuta” (Sekarang Jemaat Imanuel Subo Tungma). Hal ini dikarenaka letak geografis yang sulit untuk mencapai gereja. Dalam dalam momentum perpisahan tersebut Bapak Alm. Alfred Abia Fasa ditunjuk untuk memimpin jemaat Langkuta. Perpisahan berikutnya juga terjadi pada Jemaat Atiybai yang secara resmi berdiri sendiri menjadi satu jemaat dengan nama “Jemaat Atiybai” pada tanggal 15 juli 1957.
Dalam perjalanannya Jemaat Bethel Katang kemudian tergabung dalam Wilayah Pelayanan Kelaisi dengan jumlah 9 mata jemaat, masing – masing Mata Jemaat Bethel Katang, Mata Jemaat Ebenhaezer Apui, Mata Jemaat Elim Pelman, Mata Jemaat Imanuel Subo, Mata Jemaat Kaleb Kelaisi, Mata Jemaat Bethania Kabailu, Mata Jemaat Imanuel Lamia, Mata Jemaat Ebenhaezer Baifui dan Mata Jemaat Rehobot Malaipea. Oleh karena perkembangan jemaat maka pada tahun 2009 telah dimekarkan tiga Wilayah Pelayanan yaitu Wilayah Kelaisi Timur, Wilayah Kelaisi Tengah, dan Wilayah Kelaisi Barat dan Jemaat Bethel Katang tergabung dalam Jemaat Wilayah Kelaisi Timur bersama dua mata jemaat lain yaitu Mata Jemaat Ebenhaezer Apui dan Mata Jemaat Elim Pelman.  
Dalam perjalanan dan pertumbuhannya,  jemaat Bethel Katang terus mengalami pertumbuhan sehingga pada tanggal 4 Januari 2012 jemaat bersurat kepada Majelis Sinode GMIT untuk meminta seorang pendeta  dan diakui sebagai sebuah jemaat mandiri. Dan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dilakukan oleh Majelis Klasis Alor Tengah Selatan menyimpulkan bahwa Mata Jemaat Bethel Katang telah memenuhi persyaratan untuk mejadi Jemaat Mandiri. Dan akhirnya atas perkenanan Tuhan Majelis Sinode GMIT mengeluarkan sebuah Surat Keputusan bernomor 020/SK/MS-GMIT/G/2012 tertanggal 31 Januari 2012 yang menyatakan bahwa Mata Jemaat Bethel Katang diakui menjadi sebuah jemaat dewasa dan mandiri dengan nama Jemaat GMIT Bethel Katang, dan pada tanggal 28 Mei 2012 acara sykuran pun dilaksanakan dan dihadiri oleh Wakil Ketua Sinode GMIT, Pdt. Welmintje Kameli Maleng, M. Th, Bupati Alor Drs. Simeon Th Pally, Ketua DPRD Alor Markus D. Mallaka, SH, serta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, para Asisten dan Staf Ahli serta pimpinan SKPD lingkup Pemerintah Kabupaten Alor (Sumber : Majelis Jemaat Bethel Katang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar