Rabu, 29 Mei 2013

11. Paskah Membebaskan Dan Mempersatukan


Pdt.Simon P. Amung,S.Th

 KALABAHI, BANGKIT – Syukuran ibadah Paskah yang dihelat Pemuda GMIT ABAL tahun 2012 lain dari biasanya. Karena bertempat di bibir pantai, maka iklim pantai sangat terasa. Apalagi seluruh peserta bernaung di bawah pohon beringin. Rindang dahan pohon beringin semakin menambah kesejukan karena sepoi-sepoi angin begitu rajin berhembus. Kondisi itu seakan menyiratkan kalau alam turut merespon kehadiran seribu tujuh ratus pemuda dari dua puluh tujuh jemaat di Klasis ABAL.
                Dalam suasana alam itu, Pdt Simon Petrus Amung S.Th tampak begitu bersemangat menyampaikan Firman. Ribuan peserta pun demikian. Mereka kelihatan tenang mendengar setiap Firman yang disampaikan Amung. Di antara ribuan peserta, hadir juga Ketua Majelis Klasis Abal, Pdt Yakobus Pulamau, S. Th; Ketua Pemuda Klasis ABAL, Yeri Luase; Bupati Alor Drs Simeon Th Pally dan Ketua DPRD Markus Mallaka, SH. Semuanya memberikan perhatian penuh dalam perayaan Paskah 15 April silam. Hampir lupa. Yang bertindak sebagai tuan rumah dalam perayaan kali ini adalah jemaat Tiberias O’oylah, Kokar. 
                Sebuah ilustrasi menarik dari Amung cukup menghentak peserta. “Sekiranya hand phone (HP) telah ada pada zaman Yesus, apakah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome akan memilih menceritakan kejadian yang baru mereka alami melalui HP terkait kubur Yesus yang telah kosong?” demikian ilustrasi itu. Ratusan peserta nyaris hening.
                Bagi Amung, kalau pun HP telah ada pada zaman itu, ia percaya, tiga perempuan itu tidak akan menggunakan HP untuk menyampaikan kabar itu kepada beberapa murid Yesus yang lain. Tetapi mereka akan lari untuk menyampaikan apa yang telah mereka saksikan sebagaimana telah digambarkan dalam Kita Suci. Itulah sikap dalam merespon Paskah yang benar.
                Amung bertolak pada Efesus 2:14. Nats itu berbunyi: Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan. Amung mengaitkan juga dengan Markus 16:1–8. Dalam penjabarannya, Amung mengatakan, Paskah itu membebaskan dan mempersatukan. Dan kabar itu harus didengungkan.
                Menurut Amung, bila kita mengambil posisi tiga perempuan, kita akan kecewa ketika mendapati kubur Yesus telah kosong. Perasaan itu juga dialami tiga perempuan itu. Namun, ketika itu muncul malaikat untuk menginformasikan kalau Yesus telah bangkit. Akibat dari itu, Maria Magdalane, Maria ibu Yakobus dan Salome menjadi kuat secara psikologis. Kabar itu juga membuat mereka bersukacita.
                Seperti yang dikatakan Amung, Paskah membawa sukacita dalam bentuk konkrit yaitu membebaskan dan mempersatukan. Disebut Paskah bilamana setiap orang Kristen terus memberitakan kabar kebangkitan Yesus seperti yang telah diberitakan tiga perempuan itu.
                Ada berbagai cara menyambut Paskah. Amung mengatakan, penduduk kota merayakan Paskah dengan menggelar berbagai jenis perlombaan hingga kepada pembuatan replika salib. Kendati begitu, ekspresi bentuk-bentuk perayaan itu acapkali mengakibatkan konflik mulut hingga kepada fisik.
                “Saya tidak mengklaim bahwa itu salah. Tetapi yang salah adalah pemahaman iman kita akan Paskah sendiri” tegas Amung.
                Apabila pemahaman tentang Paskah salah, maka tentu itu akan berdampak pada cara kita menyampaikan kabar Paskah. Pastinya kita akan mendapat tantangan. Pemahaman tentang Paskah semestinya dilandaskan pada Efesus 2:14. Ayat tersebut menjabarkan, semua kita adalah keluarga Allah. Atas dasar pemahaman itu, tentu berbagai gesekan fisik dapat dihindari. Dan pada akhirnya Paskah kemudian membawa perubahan pada pola pikir dan perilaku umat.
                Pada kesempatan itu, ia menyesalkan sikap beberapa oknum yang terlibat langsung sebagai peserta pawai Paskah beberapa waktu lalu. Ketika pawai berlangsung, sesama peserta pawai dari denominasi lain mengalami kehausan. Sedangkan peserta Paskah dari denominasi tertentu memiliki kelebihan air. Namun, denominasi yang bergelimangan air sama sekali tidak mempedulikan denominasi yang kekurangan air. Padahal, menurut Amung, semestinya Paskah membuat kita solider terhadap sesama karena kita adalah satu keluarga Allah.
                Pantauan BANGKIT, Momentum Paskah yang dikemas dalam nuansa padang kali itu mendapat respon positif dari berbagai pihak. Hal itu tampak pada kehadiran peserta syukuran ibadah. Lebih dari seribu tuju ratus pemuda dari dua puluh tujuh jemaat yang tersebar di Klasis ABAL. Selain itu, berbagai kreatifitas pun ditampilkan seperti vocal group, paduan suara dan berbagai jenis tarian. Menariknya, group kasidah dari Masjid Al’Iklhas Kokar turut mengambil bagian dalam momen Paskah kali itu.

Bupati Dukung
Bupati Alor Drs Simeon Th Pally sangat tertarik dengan iklim pantai yang muncul dalam ibadah itu. Suasana itu mengingatkan Pally kepada kisah-kisah selama Yesus masih hidup di dunia. Pada waktu itu, Yesus memberitakan keselamatan di semua tempat termasuk di tepi pantai.Yesus juga bertemu tujuh orang yang kemudian menjadi murid-Nya di tepi danau Tiberias.
                Pally mencoba mengemukakan sejumlah makna Paskah. Pertama adalah penggenapan penderitaan Yesus. Kedua, Yesus ingin menunjukan kepada dunia bahwa Ia hidup. Ketiga adalah membebaskan manusia dari maut. Dan keempat adalah membebaskan umat kristiani untuk menjadi saksi.
Keterlibatan group kasidah Masjid Al’Iklhas Kokar semakin memunculkan iklim kebersamaan. Pally berpendapat, keunikan tersebut menjadi bukti sikap toleransi antar umat beragama. Dibaluti rasa bangga, Pally akhirnya mengemukakan pepatah leluhur “dari rahim seorang ibu Kristen lahirlah seorang anak Islam.Dan dari rahim seorang ibu Islam melahirkan anak Kristen” Pepatah ini memberikan sinyal bahwa kita adalah satu.
Di akhir dari itu, Pally berjanji akan memberikan bantuan sebesar Rp10 juta kepada Pemuda Klasis ABAL. Untuk group kasidah, Pally akan memberikan bantuan satu set alat musik kasidah. (b1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar