Rabu, 29 Mei 2013

4. Keluarga Sebagai Tempat Persemaian Injil





ILAWE, BANGKIT - “Keluarga sebagai tempat persamaian injil, untuk itu dalam keluarga harus ditanamkan nilai – nilai Kristiani”. Demikian salah satu petikan khotbah yang dibawakan oleh Pdt Emr. Marice H Kafelban, B. Th dalam kegiatan Ibadah Padang yang digelar oleh Perempuan GMIT Jemaat Pola Tribuana Kalabahi 29 April 2012 bertempat di Jemaat Ismael, Desa Alila.
           Dalam momentum ibadah padang kali ini khotbah dikemas secara unik dalam bentuk drama singkat yang diperankan oleh Perempuan GMIT Jemaat Pola Tribuanan Kalabahi gugus 7. Drama yang didasari atas pembacaan Alkitab dalam kitab Ester 4 : 1 – 17  dan I Raja – Raja 21  : 1 – 24 dan Nats Pembimbing dalam Amsal 14 : 1 dan Filipi 2 ; 14 – 15 ini  berjudul Pengorbanan Sang juruselamat.
Dikisahkan bahwa ada dua orang keluarga, masing – masing keluarga  Bapak Abraham yang selalu menerapkan nilai – nilai kristiani dalam hidupnya dan keluarga Bapak Iwan yang tidak hidup dalam Tuhan. Bapak Abraham bersama istri dan kedua anaknya begitu setia kepada Tuhan sehingga kehidupan keluarganya sangat diberkati. Ini berbanding terbalik dengan keluarga Bapak Iwan. Iwan sebagai kepala keluarga berselingkuh dengan wanita idaman lain, sementara sang istri setiap hari hanya marah – marah dan anak anak sulung mereka juga hidup dalam kemabukan; hanya anak perempuan bungsu yang dekat dengan Tuhan. Atas seijin Tuhan, keluarga pak Iwan mendapat musibah dimana Pak Iwan menderita sebuah penyakit. Namun atas kesetiaan dari sang anak bungsu dia meminta Tuhan untuk memulihkan keluarganya , dan Tuhan melakukan itu. Disinilah titik awal pertobatan dari Pak Iwan bersama keluarga.
Melanjutkan khotbahnya yang merangkum dari adegan drama dan pembacaan Alkitab, Pdt Marice Kafelban, B. Th mengatakan bahwa Isabel merupakan anak dari Raja Tirus yang menikah dengan Ahab, Raja Israel. Tentunya sikap dasar Isabel sangat dipengaruhi oleh tradisi dan kepercayaan kerajaan Tirus. Ini menyebabkan Isabel tidak mengenal Allah, sehingga solusi yang ia tawarkan jauh dari kehendak Allah. Ini berbeda dengan Ester yang datang dari keluarga sederhana yang takut akan Tuhan. Sejak kecil Ester orang tuanya sudah meninggal sehingga ia diasuh oleh Mordekhai. Berdasarkan didikan yang benar, Ester bertumbuh menjadi seorang yang takut akan Tuhan; bahkan saat ia menjadi ratu pun  ia tetap rendah hati. Dan atas hikmad yang diberikan Tuhan, ia mampu memberikan solusi yang terbaik bagi suaminya, yang juga adalah seorang Raja besar yang sebelumnya tidak mengenal Allah. Istri merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam keluarga. Peran istri sangat besar dalam menghasilkan keputusan yang akan diambil dalam keluarga. Allah menjadikan perempuan untuk menopang suami dan anak – anak. Untuk itu hendaknya para suami memberikan penghargaan yang layak kepada istrinya.
Poin kedua menurut Kafelban adalah pendidikan adalah penting. Mordekhai berhasil mendidik Ester menjadi pribadi yang berbeda dibandingkan dengan Isabel. Anak adalah titipan Tuhan, dan fungsi orang tua adalah mendidik anak sejak dari dini sehingga besar nanti dia tidak terpengaruh oleh lingkungan yang ada. Jangan sampai orang tua sendiri memberikan teladan yang buruk, jangan salahkan anak menjadi pribadi yang lebih buruk dari orang tuanya. ( b1 )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar