Jumat, 31 Mei 2013

43. Pendidikan Dari Masa ke Masa


Prof DR. Suharsimi Arikunto


Orasi ilmiah Prof DR. Suharsimi Arikunto

KALABAHI, BANGKIT - Dalam orasi ilmiahnya pada acara Wisuda Perdana Uiversitas Tribuana (Untrib) Kalabahi (26/05/12) di Aula Pola Kalabahi,  Prof. DR. Suharsimi Arikunto, dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta menggambarkan perjalanan dunia pendidikan dari masa ke masa. Arikunto mulai menjelaskan bahwa pertumbuhan dunia pedidikan tidak terlepas dari bertumbuhnya perusahan Eropa yang sudah ada di Indonesia sejak permulaan abad ke 20. dikatakan oleh Arikunto bahwa perusahan Eropa tersebut bertumbuh dengan pesat sehingga membutuhkan tenaga kerja yang terdidik. Arikunto melanjutkan dalam zaman Belanda ada beberapa jenis jenjang pendidikan yang diterapkan saat itu yakni aliran yang berpendapat bahwa kepada orang – orang pribumi harus diperkenalkan kebudayaan dan pengatahuan barat ( sama dengan ilmu yang dipelajari di Belanda ) dan pendidkan yang berorientasi lokal. Di zaman itu menurut Arikunto, baru ada tiga pendidikan tinggi yaitu pendidikan tinggi kedokteran, hukum dan teknik.
Landasan idil pada jaman pendudukan Jepang mendukung terpublikasinya kemakmuran bersama asia raya. Yang mana direncanakan bahwa Jepang menjadi pusat suatu lingkungan pengarah atas daerah – daerah Mansyuria, daratan Cina, Kepulauan Philippina, Indocina dan Asia ( Rusia ). Landasan idil ini disebut Hakko Ichiu yang maksudnya mengajak Indonesia bekerjasama dengan Jepang dalam rangka mencapai kemakmuran bersama Asia raya. Oleh karena itu setiap pelajar tiap hari harus mengucapkan sumpah setia kepada Kaisar Jepang  Tenno Heika dan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang yaitu “Kimi Gayo” serta melakukan senam bersama yang disebut “Taiso”. Pendidikan untuk orang Indonesia pada masa itu diarahkan menjadi militer dan buruh atau pekerja rendah. Pada masa itu menurutnya penduduk dipaksa untuk membantu mengumpulkan berbagai macam tumbuhan yang merupakan bahan untuk membuat senjata berperang.    
Dalam perkembangannya hingga kemerdekaan tahun 1945, tujuan pendidikan pada awal kemerdekaan bertujuan membentuk warga Negara yang sejati yaitu sedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk Negara dan masyarakat. Pada tahun 1946 atas prakarsa pihak Belanda maka pada bulan januari dibukalah suatu universitas darurat yang terdiri dari lima fakultas, masing – masing  kedokteran, hukum, sastra dan filsafat (di Jakarta ), pertanian dan tekhnik ( di Bandung), dan pada tahun 1947 oleh pemerintah Belanda kampus itu dialihkan namanya menjadi Universitas Indonesia (UI). Selain UI, ada juga lembaga pendidikan lain yang muncul saat itu yaitu pendidikan geodesi, pendidikan guru, pertanian, akademi militer, dan lain sebagainya. Tahun 1950 muncul lagi beberapa perguruan tinggi seperti Sekolah Tinggi Tekhnik, Sekolah Tabib Tinggi, Sekolah Tinggi Farmasi, Sekolah Tinggi Pertanian dan Akademi Politik yang kemudian dimasukan dalam Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Akademi Polisi dipindahkan ke Jakarta dengan nama Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).  Sedangkan untuk pendidikan calon guru sampai tahun 1954 hanya ada untuk calon guru SD yaitu Sekolah Guru B dan untuk calon guru SMP. Untuk mendidik calon guru SMA dan dosen hanya berupa pendidikan non formal berupa kursus. Dan baru pada tahun 1954 Menteri Pendidikan saat itu Mohammad Yamin mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang disingkat PTPG di empat tempat yakni di Malang, Bandung, Batusangkar dan Tondano. Pada tahun 1958, PTPG diubah statusnya menjadi Fakultas Ilmi Pendidikan dan dimasukan dalam Universitas di daerah masing – masing. Keempat mantan PTPG inilah yang akhirnya menjadi IKIP pertama di Indonesia tahun 1962 dan berkembang kemudian menjadi Universitas. Dari situlah munculnya berbagai kampus dengan berbagai jurusan di Indonesia hingga kini (b1)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar