Rabu, 29 Mei 2013

2. Ciptakan Keturunan Ilahi




KALABAHI, BANGKIT.. Melihat berbagai fenomena yang terjadi dewasa ini di masyarakat yang tentunya membuat krisis iman menjadi semakin parah, GAMKI Alor menggelar diskusi terbatas dengan melibatkan Pemerintah Daerah dalam hal ini diwakili oleh Bupati dan sejumlah pimpinan SKPD, wakil rakyat, tokoh agama, tokoh masyarakat (Tomas,red), tokoh pemuda dan kelompok inteletual yang diselenggarakan pada tanggal 13 April 2012 silam bertempat di Rumah Jabatan Bupati.
Mengawali dialog tersebut Pdt Roni Mandang yang juga merupakan Sekjen dari Persekutuan Gereja – Gereja dan Lembaga – Lemabaga Injili di Indonesia mengatakan bahwa untuk menciptakan sumber saya manusia yang berkualitas kita harus mengenal kondisi kita seperti apa saat ini dan kita harus tau apa yang menjadi target kita di masa yang akan datang. Untuk mencapai itu semua dibutuhkan sebuah metode pengajaran dalam keluarga. Untuk itu Mandang menekankan bahwa semuanya berawal dari dalam keluarga. Banyak anak muda menurut Mandang hidup bagaikan autopilot (hidup otomatis tanpa tau mau mengarah ke mana, red ). Dalam penyampaiannya Pdt Roni Mandang memandang bahwa hal yang perlu dibenahi dalam keluarga adalah tidak menjalin hubungan suami istri jangan dengan cara – cara seperti orang yang tidak mengenal Allah. Mengutip Roma 1 : 26 – 27, Mandang menilai bahwa memang karena pada dasarnya anugerah Allah melalui hubungan suami – istri telah dinodai dengan cara – cara yang salah sehingga melahirkan generasi yang salah, generasi yang penuh dengan hawa nafsu. Dewasa ini menurut Mandang banyak anak muda NTT di Jawa yang dipekerjakan dengan pekerjaan yang tidak baik. Untuk itu Menurut mandang, keluarga harus hormati lembaga perkawinan sehingga bisa melahirkan generasi yang berkualitas; “kalau anak  - anak kita bukan keturunan ilahi, sehebat apapun program yang dilakukan pemerintah dan gereja, sehebat apapun kita memberikan kelengkapan pendidikan bagi anak – anak kita, anak – anak kita sudah hidup dalam format yang salah”, tegas Mandang.
Menyambung dengan hal itu narasumber berikutnya dari tim mission trip GKRI Jakarta Rey, mengatakan bahwa  sumber daya manusia sangat penting; tanpa SDM kita tidak dapat melakukan apa – apa. Alor menurutnya memiliki banyak potensi tetapi tergantung dari generasi yang mendiaminya. Beliau menambahkan bahwa berdasarkan  survey hanya 3 % dari seluruh penduduk dunia yang menguasai 100 % asset dunia. 3 % adalah pemimpin yang mengikuti pribadi dan prinsip - prinsip Yesus; keduanya tidak bisa diabaikan satu dengan yang lain. Indonesia menurutnya memiliki sangat banyak potensi. “Wilayah Indonesia masuk dalam garis katulistiwa tetapi kita tidak memanfaatkan sinar matahari secara maksimal”. Melihat potensi enau yang terdapat di Pulau Pura, beliau memberikan masukan bahwa seandainya potensi enau tersebut bisa diolah menjadi gula merah, maka itu bisa jadi bahan eksport dan tentunya akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari pada sekedar memasaknya dalam bentuk sopi.
Menanggapi kedua pemateri Ketua DPRD Alor Markus D Mallaka, SH  mengatakan bahwa memang harus diakui bahwa kita masih terbatas dalam banyak hal ini dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah topografi dan sumber daya manusia yang masih terbatas.
Sementara itu Ketua Majelis Klasis Alor Barat Laut, Pdt Yakobus Pulamau, S. Th mengatakan bahwa kita bisa sukses dalam hal apa saja tetapi kalau rumah tangga hancur kesuksesan itu tidak ada artinya. Dalam realita pelayanan menurut Pulamau masih terbatas dalam hal pembinaan khusus Pra nikah bagi pemuda. akibatnya banyak terjadi kasus gugatan cerai dalam keluarga Kristen. Untuk itu menurut Pulamau ini saatnya untuk membangun jejaring. “diharapkan jemaat Karmel untuk mempersiapkan modul pembekalan khusus bagi pemuda Pra Nikah”. Pulamau melanjutkan bahwa rencananya akan membuka katakesasi pra nikah bagi semua muda – mudi.   Hal kedua menurut Pulamau masyarakat saat ini belum memiliki arah hidup; “kita hanya bilang hidup dulu; entah hidup untuk apa itu tidak jelas” lanjutnya. Hal ini menurutnya dikarenakan kurang adanya perencanaan yang matang dalam hidupnya sehingga banyak kita menjadi orang yang hidup tak berpengharapan. Untuk itu solusi berikutnya menurut Pulamau adalah melengkapi anak muda pengetahuan yang bisa menciptakan lapangan kerja bagi mereka sendiri; “Banyak pelatihan tetapi tidak ada aksi” paparnya. Pulamau juga berharap agar tim GKRI Jakarta bisa mempertemukan para pemuda Alor dengan lembaga – lembaga yang bisa menyerap tenaga kerja sehingga sedikit mengurangi beban yang ada. Hal ketiga yang diagkat oleh Pulamau adalah munculnya isu akan ditariknya guru negeri dari sekolah swasta. Untuk itu Pulamau berharap dengan adanya program pengutusan guru MIPA ke Institut Yohanes Suryo dapat difokuskan kepada guru – guru dari sekolah swasta.
Fredrik Abia Kande, M. Pd mewakili kelompok intelektual dalam kesempatannya menyampaikan bahwa pada satu sisi sumber daya alam dan sumber daya manusia di alor memang berlimpah, tetapi masih bersifat potensi dan belum diolah; “SDM kita belum sampai kepada kompetensi” lanjutnya. Untuk membangun sumber daya menjadi kompetensi menurutnya membutuhkan banyak komponen. Tentunya peran lembaga pendidikan menjadi ujung tombak. Namun ia menuturkan bahwa UNTRIB sendiri masih bergumul dalam hal membangun kepercayaan publik; hampir – hampir kepercayaan publik Alor berada pada titik nol” paparnya.  “Tetapi bersyukur tahun ini ada lima program studi yang sudah bisa diperpanjang ijin sehingga sudah bisa diadakan wisuda perdana” lanjut Kande. Langkah berikutnya menurut Kande adalah penguatan kapasitas sumber daya Dosen dan karyawan. Menanggapi adanya kegiatan penyeleksian pengajar MIPA untuk dikirim ke Institut Yohanes Suryo, Kande berpendapat bahwa bisa mengajak pihak UNTRIB untuk turut berpartisipasi dalam program tersebut. dalam kesempatan tersebut Kande juga menyampaikan bahwa salah satu masalah yang terjadi di Alor adalah keterbatasan informasi mengenai lembaga perguruan tinggi. Kande menuturkan bahwa saat ini banyak lembaga perguruan tinggi yang membuka kelas jarak jauhnya di Alor padahal secara regulasi ini tidak diakui oleh Badan Kepegawaian Nasional (BAKN). Menurut Kande, “saat ini Universitas yang tercatat namanya di sana ( BKN,red ) itu hanya baru Universitas Tribuana”. Kande dalam kesempatan ini dengan tegas mengatakan bahwa “Kelas paralel bertabrakan dengan aturan pemerintah”. 
Menyimpulkan semua wacana yang telah disampaikan Bupati Alor Drs Simeon Th Pally menyampaikan bahwa pada dasarnya pemerintah mendukung apapun upaya yang mau dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Alor. untuk itu menanggapi adanya wacana tentang penyeleksian guru MIPA untuk dikirim ke Institut Yoahanes Suryo, Jakarta, Bupati Pally minta agar pihak penyelenggara mengajukan proposal tertulis kepada pemerintah sehingga bisa ditindaklanjuti. Pally juga menyampaikan bahwa semakin banyak para pengkhotbah datang ke Alor menandakan Tuhan mau Alor menjadi baik. Bupati juga menghimbau agar gereja bisa terus berfokus pada pembinaan spiritual; “Damai sejahtera sebagai suatu amanat dan tugas gereja harus kita terjamaahkan dalam sebuah pendekatan konkrit sebagai aksi nyata” tegas Pally. ( b1 )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar