Jumat, 31 Mei 2013

51. Pendeta Pola Studi Banding di GKI Sulung Surabaya





KALABAHI,  BANGKIT -  Dua orang Pendeta Jemaat Pola Tribuana Kalabahi mengadakan studi banding selama satu minggu yaitu sejak tanggal 16 – 22 Mei 2012 bertempat  di Jemaat GKI Sulung, Surabaya. Event yang lahir dalam kesepakan sidang tahunan jemaat Pola awal 2012 silam tersebut diikuti oleh Pdt. Julius Kallawaly, S. Th dan Pdt. Isak Batmalo, S. Th. Dalam kunjungan tersebut kedua pendeta juga didampingi oleh Deny Lalitan selaku fasilitator. 
Pdt. Isak Batmalo, S. Th ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemantauan, ada banyak hal haln yang sama dengan kita (Jemaat Pola) tetapi ada beberapa hal menarik yang bisa kita pelajari dari mereka. Hal pertama menurut Batmalo, mereka sangat konsen dalam hal penyediaan fasilitas pendukung seperti soundsystem; “di semua ruangan pelayanan disediakan soundsystem yang sangat memadai” ujarnya. Batmalo juga menceritakan bahwa di sana (GKI Sulung), gereja dijadikan sebagai pusat aktivitas masyarakat sehari – hari; “orang tidak ke gereja hanya hari minggu saja, tetapi setiap hari”. Ia memaparkan bahwa di sekitar halaman gereja disediakan sejumlah pusat – pusat olahraga dan berbagai fasilitas pendukung lainnya sehingga bagi jemaat yang memiliki hoby terhadap olahraga tersebut setiap harinya pastinya mampir ke gereja; “bahkan setiap hari sabtu ada sport day di gereja” ujarnya.  “Di sana (GKI), pelayanan diakonis bukan bersifat insidentil dengan menunggu hari – hari raya gerejawi, tetapi dilakukan setiap bulan”. Batmalo melanjutkan bahwa nama – nama jemaat yang tidak mampu telah didata kemudian gereja memberikan bantuan kepada mereka secara rutin setiap bulannya.
Berbicara soal liturgi ibadah, Batmalo menceritakan bahwa  di GKI ada moment ibadah tertentu yang pelayannya diberikan kepada unsur kategorial / fungsional untuk menyelenggarakan liturgy dengan menampilkan berbagai kreatifitas sehingga ibadah menjadi lebih hidup; “bahkan setiap minggunya para pelayan yang mau bertugas punya hari khusus untuk latihan bersama dan gladi bersih” tambah Batmalo.
Setiap tahun menurut Batmalo, gereja mengadakan pasar murah namun yang unik adalah semua jemaat dilarang untuk membeli barang tersebut; barang hanya boleh dibeli oleh warga sekitar gereja yang memang tidak mampu. Ini dimaksudkan agar kehadiran gereja juga berdampak positif bagi warga sekitar.  “Bahkan petugas keamanan dan tukang parker pun berasal dari warga setempat yang jelas beragama lain”. Menurut Batmalo ini adalah cara terbaik untuk menjalin relasi dengan warga sekitar, sehingga sangat wajar bahwa sejak puluhan tahun silam gereja tersebut ada sama sekali tidak mengalami konflik horizontal.
  Ketika ditanya mengenai pengaplikasiannya dalam jemaat Pola Kalabahi, Batmalo mengungkapkan bahwa semuanya butuh proses. Jemaat Pola menurut Batmalo sangat terbuka terhadap berbagai perubahan hanya memang gereja memiliki sejumlah prosedur yang perlu dilewati. “untuk itu kita perlu hikmad untuk menjelaskan kepada jemaat sehingga hal yang positif ini tidak mendatangkan polemic baru dalam jemaat” ungkap Batmalo. Untuk liturgi menurut Batmalo sebetulnya GMIT dalam hal ini Jemaat Pola juga bisa menggunakan liturgy kontekstual dalam setiap momentum ibadah hari minggu, hanya sejauh ini tidak dilakukan untuk mencegah adanya “benturan” dalam jemaat; “namun itu bukan berarti GMIT terutup terhadap perubahan” tegas Batmalo. (b1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar