KALABAHI, BANGKIT -
Dua orang Pendeta Jemaat Pola Tribuana Kalabahi mengadakan studi banding
selama satu minggu yaitu sejak tanggal 16 – 22 Mei 2012 bertempat di Jemaat GKI Sulung, Surabaya. Event yang lahir dalam kesepakan
sidang tahunan jemaat Pola awal 2012 silam tersebut diikuti oleh Pdt. Julius
Kallawaly, S. Th dan Pdt. Isak Batmalo, S. Th. Dalam kunjungan tersebut kedua
pendeta juga didampingi oleh Deny Lalitan selaku fasilitator.
Pdt. Isak Batmalo,
S. Th ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya mengatakan bahwa berdasarkan hasil
pemantauan, ada banyak hal haln yang sama dengan kita (Jemaat Pola) tetapi ada
beberapa hal menarik yang bisa kita pelajari dari mereka. Hal pertama menurut
Batmalo, mereka sangat konsen dalam hal penyediaan fasilitas pendukung seperti
soundsystem; “di semua ruangan pelayanan disediakan soundsystem yang sangat
memadai” ujarnya. Batmalo juga menceritakan bahwa di sana (GKI Sulung), gereja dijadikan sebagai
pusat aktivitas masyarakat sehari – hari; “orang tidak ke gereja hanya hari
minggu saja, tetapi setiap hari”. Ia memaparkan bahwa di sekitar halaman gereja
disediakan sejumlah pusat – pusat olahraga dan berbagai fasilitas pendukung
lainnya sehingga bagi jemaat yang memiliki hoby terhadap olahraga tersebut
setiap harinya pastinya mampir ke
gereja; “bahkan setiap hari sabtu ada sport
day di gereja” ujarnya. “Di sana (GKI), pelayanan
diakonis bukan bersifat insidentil dengan menunggu hari – hari raya gerejawi,
tetapi dilakukan setiap bulan”. Batmalo melanjutkan bahwa nama – nama jemaat
yang tidak mampu telah didata kemudian gereja memberikan bantuan kepada mereka
secara rutin setiap bulannya.
Berbicara soal
liturgi ibadah, Batmalo menceritakan bahwa
di GKI ada moment ibadah tertentu yang pelayannya diberikan kepada unsur
kategorial / fungsional untuk menyelenggarakan liturgy dengan menampilkan
berbagai kreatifitas sehingga ibadah menjadi lebih hidup; “bahkan setiap
minggunya para pelayan yang mau bertugas punya hari khusus untuk latihan
bersama dan gladi bersih” tambah Batmalo.
Setiap tahun
menurut Batmalo, gereja mengadakan pasar murah namun yang unik adalah semua
jemaat dilarang untuk membeli barang tersebut; barang hanya boleh dibeli oleh
warga sekitar gereja yang memang tidak mampu. Ini dimaksudkan agar kehadiran
gereja juga berdampak positif bagi warga sekitar. “Bahkan petugas keamanan dan tukang parker
pun berasal dari warga setempat yang jelas beragama lain”. Menurut Batmalo ini
adalah cara terbaik untuk menjalin relasi dengan warga sekitar, sehingga sangat
wajar bahwa sejak puluhan tahun silam gereja tersebut ada sama sekali tidak
mengalami konflik horizontal.
Ketika ditanya mengenai pengaplikasiannya
dalam jemaat Pola Kalabahi, Batmalo mengungkapkan bahwa semuanya butuh proses.
Jemaat Pola menurut Batmalo sangat terbuka terhadap berbagai perubahan hanya
memang gereja memiliki sejumlah prosedur yang perlu dilewati. “untuk itu kita
perlu hikmad untuk menjelaskan kepada jemaat sehingga hal yang positif ini
tidak mendatangkan polemic baru dalam jemaat” ungkap Batmalo. Untuk liturgi
menurut Batmalo sebetulnya GMIT dalam hal ini Jemaat Pola juga bisa menggunakan
liturgy kontekstual dalam setiap momentum ibadah hari minggu, hanya sejauh ini
tidak dilakukan untuk mencegah adanya “benturan” dalam jemaat; “namun itu bukan
berarti GMIT terutup terhadap perubahan” tegas Batmalo. (b1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar