ILAWE, BANGKIT - “Keluarga sebagai tempat persamaian injil, untuk itu
dalam keluarga harus ditanamkan nilai – nilai Kristiani”. Demikian salah satu
petikan khotbah yang dibawakan oleh Pdt Emr. Marice H Kafelban, B. Th dalam
kegiatan Ibadah Padang yang digelar oleh Perempuan GMIT Jemaat Pola Tribuana
Kalabahi 29 April 2012 bertempat di Jemaat Ismael, Desa Alila.
Dalam momentum ibadah
padang kali ini khotbah dikemas secara unik dalam bentuk drama singkat yang
diperankan oleh Perempuan GMIT Jemaat Pola Tribuanan Kalabahi gugus 7. Drama
yang didasari atas pembacaan Alkitab dalam kitab Ester 4 : 1 – 17 dan I Raja – Raja 21 : 1 – 24 dan Nats Pembimbing dalam Amsal 14 :
1 dan Filipi 2 ; 14 – 15 ini berjudul Pengorbanan
Sang juruselamat.
Dikisahkan bahwa ada dua orang keluarga, masing – masing keluarga Bapak Abraham yang selalu menerapkan nilai –
nilai kristiani dalam hidupnya dan keluarga Bapak Iwan yang tidak hidup dalam
Tuhan. Bapak Abraham bersama istri dan kedua anaknya begitu setia kepada Tuhan
sehingga kehidupan keluarganya sangat diberkati. Ini berbanding terbalik dengan
keluarga Bapak Iwan. Iwan sebagai kepala keluarga berselingkuh dengan wanita
idaman lain, sementara sang istri setiap hari hanya marah – marah dan anak anak
sulung mereka juga hidup dalam kemabukan; hanya anak perempuan bungsu yang
dekat dengan Tuhan. Atas seijin Tuhan, keluarga pak Iwan mendapat musibah
dimana Pak Iwan menderita sebuah penyakit. Namun atas kesetiaan dari sang anak
bungsu dia meminta Tuhan untuk memulihkan keluarganya , dan Tuhan melakukan
itu. Disinilah titik awal pertobatan dari Pak Iwan bersama keluarga.
Melanjutkan khotbahnya yang merangkum dari adegan drama dan pembacaan
Alkitab, Pdt Marice Kafelban, B. Th mengatakan bahwa Isabel merupakan anak dari
Raja Tirus yang menikah dengan Ahab, Raja Israel. Tentunya sikap dasar Isabel
sangat dipengaruhi oleh tradisi dan kepercayaan kerajaan Tirus. Ini menyebabkan
Isabel tidak mengenal Allah, sehingga solusi yang ia tawarkan jauh dari
kehendak Allah. Ini berbeda dengan Ester yang datang dari keluarga sederhana
yang takut akan Tuhan. Sejak kecil Ester orang tuanya sudah meninggal sehingga
ia diasuh oleh Mordekhai. Berdasarkan didikan yang benar, Ester bertumbuh
menjadi seorang yang takut akan Tuhan; bahkan saat ia menjadi ratu pun ia tetap rendah hati. Dan atas hikmad yang
diberikan Tuhan, ia mampu memberikan solusi yang terbaik bagi suaminya, yang
juga adalah seorang Raja besar yang sebelumnya tidak mengenal Allah. Istri
merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam keluarga. Peran istri sangat
besar dalam menghasilkan keputusan yang akan diambil dalam keluarga. Allah
menjadikan perempuan untuk menopang suami dan anak – anak. Untuk itu hendaknya
para suami memberikan penghargaan yang layak kepada istrinya.
Poin kedua menurut Kafelban adalah pendidikan adalah penting. Mordekhai
berhasil mendidik Ester menjadi pribadi yang berbeda dibandingkan dengan
Isabel. Anak adalah titipan Tuhan, dan fungsi orang tua adalah mendidik anak
sejak dari dini sehingga besar nanti dia tidak terpengaruh oleh lingkungan yang
ada. Jangan sampai orang tua sendiri memberikan teladan yang buruk, jangan
salahkan anak menjadi pribadi yang lebih buruk dari orang tuanya. ( b1 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar