KALABAHI, BANGKIT.. Melihat berbagai fenomena yang terjadi dewasa ini di
masyarakat yang tentunya membuat krisis iman menjadi semakin parah, GAMKI Alor
menggelar diskusi terbatas dengan melibatkan Pemerintah Daerah dalam hal ini diwakili
oleh Bupati dan sejumlah pimpinan SKPD, wakil rakyat, tokoh agama, tokoh
masyarakat (Tomas,red), tokoh pemuda dan kelompok inteletual yang
diselenggarakan pada tanggal 13 April 2012 silam bertempat di Rumah Jabatan
Bupati.
Mengawali dialog tersebut Pdt Roni Mandang yang juga merupakan Sekjen dari
Persekutuan Gereja – Gereja dan Lembaga – Lemabaga Injili di Indonesia
mengatakan bahwa untuk menciptakan sumber saya manusia yang berkualitas kita
harus mengenal kondisi kita seperti apa saat ini dan kita harus tau apa yang
menjadi target kita di masa yang akan datang. Untuk mencapai itu semua
dibutuhkan sebuah metode pengajaran dalam keluarga. Untuk itu Mandang
menekankan bahwa semuanya berawal dari dalam keluarga. Banyak anak muda menurut
Mandang hidup bagaikan autopilot (hidup otomatis tanpa tau mau mengarah
ke mana, red ). Dalam penyampaiannya Pdt Roni Mandang memandang bahwa hal yang
perlu dibenahi dalam keluarga adalah tidak menjalin hubungan suami istri jangan
dengan cara – cara seperti orang yang tidak mengenal Allah. Mengutip Roma 1 :
26 – 27, Mandang menilai bahwa memang karena pada dasarnya anugerah Allah
melalui hubungan suami – istri telah dinodai dengan cara – cara yang salah
sehingga melahirkan generasi yang salah, generasi yang penuh dengan hawa nafsu.
Dewasa ini menurut Mandang banyak anak muda NTT di Jawa yang dipekerjakan
dengan pekerjaan yang tidak baik. Untuk itu Menurut mandang, keluarga harus
hormati lembaga perkawinan sehingga bisa melahirkan generasi yang berkualitas;
“kalau anak - anak kita bukan keturunan
ilahi, sehebat apapun program yang dilakukan pemerintah dan gereja, sehebat
apapun kita memberikan kelengkapan pendidikan bagi anak – anak kita, anak –
anak kita sudah hidup dalam format yang salah”, tegas Mandang.
Menyambung dengan hal itu narasumber berikutnya dari tim mission trip GKRI
Jakarta Rey, mengatakan bahwa sumber
daya manusia sangat penting; tanpa SDM kita tidak dapat melakukan apa – apa.
Alor menurutnya memiliki banyak potensi tetapi tergantung dari generasi yang
mendiaminya. Beliau menambahkan bahwa berdasarkan survey hanya 3 % dari seluruh penduduk dunia
yang menguasai 100 % asset dunia. 3 % adalah pemimpin yang mengikuti pribadi
dan prinsip - prinsip Yesus; keduanya tidak bisa diabaikan satu dengan yang
lain. Indonesia menurutnya memiliki sangat banyak potensi. “Wilayah Indonesia
masuk dalam garis katulistiwa tetapi kita tidak memanfaatkan sinar matahari
secara maksimal”. Melihat potensi enau yang terdapat di Pulau Pura, beliau
memberikan masukan bahwa seandainya potensi enau tersebut bisa diolah menjadi
gula merah, maka itu bisa jadi bahan eksport dan tentunya akan menghasilkan
pendapatan yang lebih besar dari pada sekedar memasaknya dalam bentuk sopi.
Menanggapi kedua pemateri Ketua DPRD Alor Markus D Mallaka, SH mengatakan bahwa memang harus diakui bahwa
kita masih terbatas dalam banyak hal ini dikarenakan banyak faktor, salah
satunya adalah topografi dan sumber daya manusia yang masih terbatas.
Sementara itu Ketua Majelis Klasis Alor Barat Laut, Pdt Yakobus Pulamau, S.
Th mengatakan bahwa kita bisa sukses dalam hal apa saja tetapi kalau rumah
tangga hancur kesuksesan itu tidak ada artinya. Dalam realita pelayanan menurut
Pulamau masih terbatas dalam hal pembinaan khusus Pra nikah bagi pemuda.
akibatnya banyak terjadi kasus gugatan cerai dalam keluarga Kristen. Untuk itu
menurut Pulamau ini saatnya untuk membangun jejaring. “diharapkan jemaat Karmel
untuk mempersiapkan modul pembekalan khusus bagi pemuda Pra Nikah”. Pulamau
melanjutkan bahwa rencananya akan membuka katakesasi pra nikah bagi semua muda
– mudi. Hal kedua menurut Pulamau
masyarakat saat ini belum memiliki arah hidup; “kita hanya bilang hidup dulu;
entah hidup untuk apa itu tidak jelas” lanjutnya. Hal ini menurutnya
dikarenakan kurang adanya perencanaan yang matang dalam hidupnya sehingga
banyak kita menjadi orang yang hidup tak berpengharapan. Untuk itu solusi
berikutnya menurut Pulamau adalah melengkapi anak muda pengetahuan yang bisa
menciptakan lapangan kerja bagi mereka sendiri; “Banyak pelatihan tetapi tidak
ada aksi” paparnya. Pulamau juga berharap agar tim GKRI Jakarta bisa
mempertemukan para pemuda Alor dengan lembaga – lembaga yang bisa menyerap
tenaga kerja sehingga sedikit mengurangi beban yang ada. Hal ketiga yang
diagkat oleh Pulamau adalah munculnya isu akan ditariknya guru negeri dari
sekolah swasta. Untuk itu Pulamau berharap dengan adanya program pengutusan
guru MIPA ke Institut Yohanes Suryo dapat difokuskan kepada guru – guru dari
sekolah swasta.
Fredrik Abia Kande, M. Pd mewakili kelompok intelektual dalam kesempatannya
menyampaikan bahwa pada satu sisi sumber daya alam dan sumber daya manusia di
alor memang berlimpah, tetapi masih bersifat potensi dan belum diolah; “SDM
kita belum sampai kepada kompetensi” lanjutnya. Untuk membangun sumber daya
menjadi kompetensi menurutnya membutuhkan banyak komponen. Tentunya peran
lembaga pendidikan menjadi ujung tombak. Namun ia menuturkan bahwa UNTRIB
sendiri masih bergumul dalam hal membangun kepercayaan publik; hampir – hampir
kepercayaan publik Alor berada pada titik nol” paparnya. “Tetapi bersyukur tahun ini ada lima program
studi yang sudah bisa diperpanjang ijin sehingga sudah bisa diadakan wisuda
perdana” lanjut Kande. Langkah berikutnya menurut Kande adalah penguatan
kapasitas sumber daya Dosen dan karyawan. Menanggapi adanya kegiatan
penyeleksian pengajar MIPA untuk dikirim ke Institut Yohanes Suryo, Kande
berpendapat bahwa bisa mengajak pihak UNTRIB untuk turut berpartisipasi dalam
program tersebut. dalam kesempatan tersebut Kande juga menyampaikan bahwa salah
satu masalah yang terjadi di Alor adalah keterbatasan informasi mengenai
lembaga perguruan tinggi. Kande menuturkan bahwa saat ini banyak lembaga
perguruan tinggi yang membuka kelas jarak jauhnya di Alor padahal secara
regulasi ini tidak diakui oleh Badan Kepegawaian Nasional (BAKN). Menurut
Kande, “saat ini Universitas yang tercatat namanya di sana ( BKN,red ) itu
hanya baru Universitas Tribuana”. Kande dalam kesempatan ini dengan tegas
mengatakan bahwa “Kelas paralel bertabrakan dengan aturan pemerintah”.
Menyimpulkan semua
wacana yang telah disampaikan Bupati Alor Drs Simeon Th Pally menyampaikan
bahwa pada dasarnya pemerintah mendukung apapun upaya yang mau dilakukan untuk
meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Alor. untuk itu menanggapi adanya
wacana tentang penyeleksian guru MIPA untuk dikirim ke Institut Yoahanes Suryo,
Jakarta, Bupati Pally minta agar pihak penyelenggara mengajukan proposal
tertulis kepada pemerintah sehingga bisa ditindaklanjuti. Pally juga menyampaikan
bahwa semakin banyak para pengkhotbah datang ke Alor menandakan Tuhan mau Alor
menjadi baik. Bupati juga menghimbau agar gereja bisa terus berfokus pada
pembinaan spiritual; “Damai sejahtera sebagai suatu amanat dan tugas gereja
harus kita terjamaahkan dalam sebuah pendekatan konkrit sebagai aksi nyata”
tegas Pally. ( b1 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar