KALABAHI,
BANGKIT – Presiden Amerika Serikat Barak Obama mengenakan safari
bermotif tenun ikat Alor saat tampil pada Konverensi Tingkat Tinggi Non Blok,
November 2011 kemarin, di Bali. Selain Obama, Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono pun melakukan hal yang sama.
Informasi itu terkuak ketika Wakil Gubernur NTT Ir Esthon Foenay melakukan
kunjungan kerja di Kelurahan Welai Barat sebagai kelurahan penerima program
Anggaran untuk Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah), 23 April kemarin. Untuk
itu, dihadapan seluruh masyarakat yang hadir, Foenay berharap agar tenun ikat
Alor terus dikembangkan.
Pada kunjungan itu
juga, Foenay memberikan bantuan dana hibah dari program Anggur Merah kepada 17
desa di 17 kecamatan di Kabupaten Alor. Dana tersebut digunakan untuk
meningkatkan ekonomi rakyat sesuai dengan potensi lokal.
Ketika memberikan
sambutan, Foenay mengatakan, bantuan yang diberikan merupakan satu bentuk
komitmen antara pemerintah propinsi dan DPRD Propinsi untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. “Dananya dialokasikan langsung di masyarakat dalam rangka
penanggulangan kemiskinan” tegasnya.
Kesempatan itu juga
dimanfaatkan Foenay untuk beberapa hal pokok tentang Anggur Merah. Pertama,
Anggur Merah merupakan investasi modal. Masyarakat, menurutnya, dapat
menggunakan dana yang telah diberikan sesuai dengan potensi lokal atau sesuai
dengan jenis usaha yang dapat dikembangkan masyarakat. “Penggunaan dana harus
disesuaikan dengan karakteristik masyarakat dan karakateristik wilayah” tegas
Foenay.
Kedua, investasi
SDM. Masyarakat diharapkan agar tidak perlu khawatir menyangkut pemanfaatan
modal yang diberikan. Menurut Foenay, pemerintah juga akan menyertakan tenaga
pendamping sebagai fasilitator untuk menjadi penyuluh di setiap desa penerima
Anggur Merah. Menurut Foenay, kedepannya pemerintah akan merekrut tenaga
pendamping dari wilayah sasaran program.
Ketiga, sumber dana
Anggur Merah sebesar 334 miliar, murni bersumber dari Pendapatan Asli Daerah
Propinsi NTT tahun 2011. Meski dari propinsi, program tersebut direspon positif
oleh seluruh pemerintah kabupaten. “Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”
sebutnya dengan mengadopsi makna demokrasi.
Diakhir
penyampaiannya, Foenay berharap kepada fasilitator lapangan agar mampu
menunjukkan keteladanan kepada masyarakat, salah satunya dengan menunjukkan
gaya hidup yang hemat. Ia mengatakan itu dengan mengacu pada harga kebutuhan
hidup yang terus meningkat. Untuk mengantisipasinya, maka ia meminta agar
masyarakat dapat memanfaatkan setiap jengkal tanah yang dimiliki. (b1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar