KALABAHI, BANGKIT - Fredik Abia Kande,
S.Pd.,M.Pd resmi memimpin Universitas Tribuana (Untrib) Alor periode 2012 –
2016. Asisten II Setda Alor Drs Hopni Bukang, Wakil Ketua DPRD Alor James
Takalapeta SH, Dandim 1622 Alor Letkol (Inf) Ebenhezer Tobing, Wakil Ketua
Sinode GMIT Pdt. Welmintje Kameli Maleng, M.Th, para pendeta, jajaran dosen
Untrib dan mahasiswa serta undangan tampak hadir dalam proses pengambilaln
sumpah jabatan rektor Untrib, 3 April lalu di Aula Pola Tribuana Kalabahi.
Ketua
Yayasan Tribuana Kalabahi, Permenas Kolly, SE yang kerap kali turun tangan
untuk menangani setiap dinamik kampus, sepertinya berakhir. Kini, ia berharap
banyak kepada rektor baru yang telah dikukuhkan.
Ketika tampil memberikan sambutan, Kolly mengatakan,
pelantikan rektor tersebut merupakan pelantikan rektor yang ketiga. “Yang
pertama terjadi pada 3 Oktober 2003 yakni untuk melantik Pdt Dina Takalapeta,
S.Th. Kedua, ketika dilaksanakan pada 7 September 2011 lalu, yakni untuk
melantik Pdt. Dr. Ayub Ranoh, M.Th” sebut mantan Kabag Pembangunan dan
Sekretaris Dinas Kehutanan Kabupaten Alor ini tegas.
Kolly
juga menyampaikan ucapan terima kasih bagi semua masyarakat Alor yang telah
memberikan dukungan kepada kampus tersebut. “Untrib adalah kampus orang Alor;
kampus untuk mencetak kader-kader pemimpin masa depan daerah ini. Untuk itu,
mohon segera hilangkan berbagai pikiran buruk tentang kampus ini” pinta Kolly.
Menariknya,
Kolly tidak menepis isu bahwa Untrib adalah kampus ilegal atau kampus tidak
jelas. Bahkan ia juga menyatakan, Untrib adalah satu–satunya kampus di daerah
perbatasan Negara Indonesia sehingga memiliki posisi strategis. Kolly berharap
agar Rektor Untrib bisa melakukan banyak hal bagi daerah ini.
Selanjutnya,
Fredik Abia Kande, S.Pd.,M.Pd yang baru saja dilantik menjadi Rektor Untrib,
dalam pidato ilmiahnya, mengatakan, pendidikan tinggi merupakan lokomotif
perubahan suatu bangsa. Oleh karena itu, menurut Kande, pendidikan tinggi
diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Namun,
penyiapan SDM bukan pekerjaan ringan.
Seperti yang dikemukakan Kande, ada empat hal yang perlu
disikapi. Pertama, market trend yakni tren pasar; kebutuhan dunia kerja
sekarang tidak saja meningkat tetapi juga bervariasi. Kedua, banyak perguruan
tinggi yang menyediakan program-program yang relatif sama. Ketiga,
kecenderungan out put perguruan tinggi saat ini yang lebih memilih pada sektor
formal daripada informal sehingga pengangguran terus meningkat. Baginya,
semakin tinggi tingkat pengangguran menjadi indikasi dari minimnya keterserapan
output perguruan tinggi. Keterserapan output yang minim menjadi indikator dari
rendahnya akuntabilitas perguruan tinggi.“Keempat, semakin ketatnya quality
assessment melalui akreditasi program studi” paparnya.
Menanggapi
empat tantangan di atas, maka dibutuhkan strategi yang tidak saja efisien
tetapi juga efektif. Menurutnya, satuan strategi kebijakan diharapkan telah
memikirkan langkah antisipatif dan nilai adaptibilitas yang tinggi. Baginya,
perguruan tinggi juga harus memiliki cara pandang baru dalam melihat kekuatan
dan kelemahan secara internal serta meluruskan indikator–indikator baru yang
lebih tepat. “Misalnya indikator jumlah mahasiswa harus berubah ratio
dosen-mahasiswa. Indikator jumlah kelulusan berubah menjadi kualitas lulusan.
Dan indikator jumlah penelitian berubah menjadi kualitas penelitian, dan
seterusnya” sebut mantan dosen Unkris Kupang ini tegas.
Menyangkut perkembangan sebuah perguruan tinggi, menurut
Kande, setidaknya melewati empat tahapan penting. Empat tahapan itu adalah
perguruan tinggi harus tetap hidup, kompetitif, leadeing, dan terkenal.
Ia juga memaparkan bahwa ada dua variabel pembentuk daya
saing perguruan tinggi. Pertama, sumber daya pendidikan yang dimiliki serta
pemanfaatannya. Dan kedua, perguruan tinggi mampu menghasilkan kualitas produk
yang sulit disaingi oleh lembaga lain.
Kande menyadari bahwa kepercayaan masyarakat Alor
terhadap Untrib hampir berada pada titik nol. Oleh karena itu, sebagian
mahasiswa Untrib melanjutkan pendidikannyadi Kupang. Kande menegaskan, di bawah
kepemimpinannya, tidak saja hidup atau leading tetapi juga diupayakan untuk
dikenal.
Kande mengatakan, ada delapan hal yang perlu dilakukan
sekarang. Pertama, membangun kepercayaan publik (publik trust). Kedua,
menumbuhkan budaya akademik. Ketiga, memperkuat kapasitas kelembagaan melalui
SDM yang handal, team work yang kompak dan efektif, kurikulum yang up to date,
serta kualitas layanan yang senantiasa mendengar apa kata mahasiswa dan memiliki
SWOT. Keempat, meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengembangan
perangkat pelajaran yang berbasis teknologi informasi.
Kelima, meningkatkan kualiatas dan akuntabilitas
kelembagaan melalui evaluasi diri dan akreditsi program studi. Keenam, meningkatkan
kuantitas dan kualitas penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Ketujuh,
mengembangkan networks dan partnerships yang kuat dan luas. Dan kedelapan,
membangun pusat keunggulan universitas yang berbasis pada daerah perbatasan,
mengingat Kabupaten Alor sebagai salah satu daerah perbatasan dan pulau
terdepan.
Melanjutkan
rentetan sambutan, Wakil Ketua DPRD Alor, James Takalapeta mengatakan, figur
rektor yang terpilih karena dikehendaki Tuhan. Oleh sebabb itu, Takalapeta
mengajak semua masyarakat Kabupaten Alor khususnya civitas akademika Untrib
untuk mendukung dan memajukan Untrib.
Bagi
Takalapeta, Untrib memiliki posisi tawar yang tinggi karena berada di wilayah
perbatasan. Oleh sebab itu, Untrib diharapkan dapat membangun kerja sama dengan
Timor Leste agar mendatangkan mahasiswanya untuk menempuh study di Untrib.
“Untuk
itu, Untrib harus memiliki standar kerjasama internasional yang sesuai
persyaratan sumber daya manusia yang ada” pinta Takalapeta seraya berharap agar
Untrib mampu menyediakan SDM sesuai dengan kebutuhan pasar baik itu dalam
negeri maupun luar negeri.
Diakhir
sambutannya, ia mengatakan, keberadaan universitas di suatu kota dapat
mendorong percepatan pembangunan baik itu dalam bidang ekonomi maupun sosial
budaya.
Asisten
II Setda Alor, Drs Hopni Bukang yang tampil mewakili Bupati Alor, ketika
membacakan sambutan tertulis Bupati, mengatakan, dalam usia Untrib yang kelima,
Untrib harus terus memacu untuk meningkatkan mutu kinerja di tengah persaingan
universitas lainnya. Menurut Pally, Untrib merupakan anugerah bagi masyarakat
Alor sekaligus merupakan aset daerah dan bangsa. Bagi pemerintah, Untrib telah
mewujudkan komitmen implementasi program tri krida khususnya peningkatan SDM.
Bupati
berpendapat, peran perguruan tinggi dalam membangun daya saing bangsa sangat
vital mengingat sekarang adalah era ekonomi berbasis pengetahuan dan
globalisasi. “Kesejahteraan dan kemajuan bangsa tidak lagi ditentukan oleh
melimpahnya sumber daya alam atau banyaknya tenaga kerja yang tersedia. Tetapi
lebih ditentukan oleh produktivitas dan kreativitas insan cendikianya” tegas
Bupati.
Melalui
Bukang, Pally menambahkan, globalisasi melahirkan persaingan yang semakin keras
di semua sektor. Selain itu, globalisasi juga membuka batas–batas antar negara.
Kemajuan teknologi informasi, tegas Pally, telah menjadi pendorong semakin
cepatnya proses perubahan yang terjadi. Dan tentunya hal itu menjadi tantangan
sekaligus peluang bagi dunia perguruan tinggi sehingga harus ditanggapi dengan
sigap, tepat, profesional, bertanggungjawab dan arif.
Pally
berpendapat, Untrib dituntut untuk tidak saja matang dalam berpikir dan
bertindak, tetapi juga matang dalam karya akademik serta berinovasi dengan
dinamika tuntutan perubahan. Kendati begitu, Pally memberikan apresiasi positif
sekaligus motivasi kepada seluruh civitas akademika Untrib untuk terus berpacu,
berbenah diri sekaligus mengambil langkah-langkah konkrit. Dengan demikian,
Untrib dapat berada dalam jalur menuju universitas yang memiliki daya saing
sehingga Untrib tidak lagi berpikir lokal dan bertindak lokal, melainkan
berpikir global dan bertindak global.
Di
akhir sambutannya, Pally menyampaikan, Untrib sebagai menara gading sebaiknya
menjadi “menara api” yang memanasi, menerangi dan menguatkan serta membakar
ketertinggalan, keterbelakangan, kemelaratan dan kebodohan.
Sementara
itu, Wakil Ketua Sinode GMIT, Pdt. Welmintje Kameli Maleng, M. Th, dalam
penyampaian suara gembala, mengatakan, peran gereja dalam pengembangan dunia
pendidikan, khususnya perguruan tinggi bukan lagi merupakan pilihan tetapi
sesungguhnya merupakan kesaksian.
Menurut
dosen Unkris Kupang ini, kehadiran perguruan tinggi merupakan salah satu
perwujudan dari karya pembebasan Yesus Kristus bagi umat-Nya. Mengutip Lukas
14, bahwa seluruh karya Yesus Kristus adalah karya penggenapan bagi mereka yang
masih hidup dalam keprihatinan. Atas dasar misi inilah, gereja mewujudkan itu
dengan memperhatikan dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggu. Diakhir
penyampaiannya, ia mengharapkn agar Untrib mampu meningkatkan kualitas sehingga
dapat bersaing dengan perguruan tinggi lainnya. (b1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar