Prof DR. Suharsimi Arikunto |
Orasi
ilmiah Prof DR. Suharsimi Arikunto
KALABAHI, BANGKIT -
Dalam orasi ilmiahnya pada acara Wisuda Perdana Uiversitas Tribuana (Untrib)
Kalabahi (26/05/12) di Aula Pola Kalabahi,
Prof. DR. Suharsimi Arikunto, dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta menggambarkan perjalanan dunia pendidikan dari masa ke masa.
Arikunto mulai menjelaskan bahwa pertumbuhan dunia pedidikan tidak terlepas
dari bertumbuhnya perusahan Eropa yang sudah ada di Indonesia sejak permulaan abad ke
20. dikatakan oleh Arikunto bahwa perusahan Eropa tersebut bertumbuh dengan
pesat sehingga membutuhkan tenaga kerja yang terdidik. Arikunto melanjutkan
dalam zaman Belanda ada beberapa jenis jenjang pendidikan yang diterapkan saat
itu yakni aliran yang berpendapat bahwa kepada orang – orang pribumi harus
diperkenalkan kebudayaan dan pengatahuan barat ( sama dengan ilmu yang
dipelajari di Belanda ) dan pendidkan yang berorientasi lokal. Di zaman itu
menurut Arikunto, baru ada tiga pendidikan tinggi yaitu pendidikan tinggi
kedokteran, hukum dan teknik.
Landasan idil pada
jaman pendudukan Jepang mendukung terpublikasinya kemakmuran bersama asia raya. Yang mana direncanakan bahwa Jepang menjadi
pusat suatu lingkungan pengarah atas daerah – daerah Mansyuria, daratan Cina,
Kepulauan Philippina, Indocina dan Asia ( Rusia ). Landasan idil ini disebut Hakko Ichiu yang maksudnya mengajak Indonesia bekerjasama dengan Jepang dalam rangka
mencapai kemakmuran bersama Asia raya. Oleh
karena itu setiap pelajar tiap hari harus mengucapkan sumpah setia kepada
Kaisar Jepang Tenno Heika dan
menyanyikan lagu kebangsaan Jepang yaitu “Kimi Gayo” serta melakukan senam
bersama yang disebut “Taiso”. Pendidikan untuk orang Indonesia pada masa itu diarahkan
menjadi militer dan buruh atau pekerja rendah. Pada masa itu menurutnya
penduduk dipaksa untuk membantu mengumpulkan berbagai macam tumbuhan yang
merupakan bahan untuk membuat senjata berperang.
Dalam
perkembangannya hingga kemerdekaan tahun 1945, tujuan pendidikan pada awal
kemerdekaan bertujuan membentuk warga Negara yang sejati yaitu sedia menyumbangkan
tenaga dan pikiran untuk Negara dan masyarakat. Pada tahun 1946 atas prakarsa
pihak Belanda maka pada bulan januari dibukalah suatu universitas darurat yang
terdiri dari lima fakultas, masing – masing
kedokteran, hukum, sastra dan filsafat (di Jakarta ), pertanian dan
tekhnik ( di Bandung), dan pada tahun 1947 oleh pemerintah Belanda kampus itu
dialihkan namanya menjadi Universitas Indonesia (UI). Selain UI, ada juga
lembaga pendidikan lain yang muncul saat itu yaitu pendidikan geodesi,
pendidikan guru, pertanian, akademi militer, dan lain sebagainya. Tahun 1950
muncul lagi beberapa perguruan tinggi seperti Sekolah Tinggi Tekhnik, Sekolah
Tabib Tinggi, Sekolah Tinggi Farmasi, Sekolah Tinggi Pertanian dan Akademi
Politik yang kemudian dimasukan dalam Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Akademi Polisi dipindahkan ke Jakarta
dengan nama Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Sedangkan untuk pendidikan calon guru sampai
tahun 1954 hanya ada untuk calon guru SD yaitu Sekolah Guru B dan untuk calon
guru SMP. Untuk mendidik calon guru SMA dan dosen hanya berupa pendidikan non
formal berupa kursus. Dan baru pada tahun 1954 Menteri Pendidikan saat itu
Mohammad Yamin mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang disingkat PTPG
di empat tempat yakni di Malang, Bandung, Batusangkar dan
Tondano. Pada tahun 1958, PTPG diubah statusnya menjadi Fakultas Ilmi
Pendidikan dan dimasukan dalam Universitas di daerah masing – masing. Keempat
mantan PTPG inilah yang akhirnya menjadi IKIP pertama di Indonesia tahun
1962 dan berkembang kemudian menjadi Universitas. Dari situlah munculnya
berbagai kampus dengan berbagai jurusan di Indonesia hingga kini (b1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar